Terbang dari Qatar ke Mesir, keagungan piramida Giza, petualangan di Gurun Sahara.
Langit Doha berwarna jingga saat matahari mulai tenggelam di balik cakrawala.
Bandara Internasional Hamad dipenuhi kesibukan, dengan para pelancong yang bersiap menuju berbagai destinasi.
Saya berdiri di dekat gerbang keberangkatan, memegang boarding pass Qatar Airways yang akan membawa saya ke Kairo, Mesir.
Petualangan ini adalah mimpi yang akhirnya menjadi nyata melihat langsung Piramida Giza dan menjelajahi Gurun Sahara.
Sejak kecil, saya selalu terpesona oleh cerita tentang Firaun, harta karun yang tersembunyi, serta keindahan padang pasir yang luas.
Kini, saya akan menyaksikan semua itu dengan mata kepala sendiri.
Perjalanan dengan Qatar Airways
Pesawat Qatar Airways yang akan saya tumpangi terlihat gagah di landasan.
Begitu masuk ke dalam kabin, saya disambut oleh awak kabin yang ramah dan profesional.
Kursi yang nyaman, makanan yang lezat, serta hiburan dalam penerbangan membuat perjalanan selama 3 jam 38 menit terasa begitu menyenangkan.
Saat pesawat mulai menurunkan ketinggian, dari jendela saya bisa melihat Kairo yang padat dan penuh kehidupan.
Kota ini merupakan perpaduan antara masa lalu dan masa kini gedung-gedung modern berdampingan dengan bangunan bersejarah yang telah berdiri selama berabad-abad.
Begitu mendarat di Bandara Internasional Kairo, saya langsung merasakan atmosfer yang berbeda.
Udara terasa hangat, dengan aroma rempah-rempah dan debu gurun yang khas.
Mesir menyambut saya dengan segala keajaibannya.
Menjelajahi Keagungan Piramida Giza
Keesokan paginya, saya berangkat menuju Piramida Giza, ikon terbesar Mesir yang telah berdiri selama lebih dari 4.500 tahun.
Sepanjang perjalanan, saya melihat deretan bangunan tua dan pasar tradisional yang ramai.
Begitu mobil memasuki kawasan Giza, saya dibuat terkesima oleh piramida raksasa yang menjulang di tengah hamparan pasir.
Piramida Khufu, Khafre, dan Menkaure berdiri megah, masing-masing menyimpan kisah misterius tentang kehidupan Firaun di masa lalu.
Saya berdiri di depan Piramida Agung Khufu, mencoba membayangkan bagaimana para pekerja zaman dulu membangun struktur luar biasa ini hanya dengan alat sederhana.
Tak jauh dari sana, Sphinx Agung Giza berdiri kokoh, menatap ke kejauhan dengan ekspresi misterius.
Patung berkepala manusia dan bertubuh singa ini diyakini sebagai penjaga makam Firaun.
Berdiri di dekatnya memberikan perasaan magis, seolah saya sedang diawasi oleh mata-mata kuno dari masa lalu.
Setelah puas menjelajahi piramida, saya naik ke punggung unta untuk menyusuri padang pasir di sekitar Giza.
Dengan hembusan angin gurun yang menerpa wajah, saya merasa seperti seorang petualang yang kembali ke zaman Mesir Kuno.
Petualangan di Gurun Sahara
Hari berikutnya, saya bersiap untuk perjalanan yang lebih ekstrem menjelajahi Gurun Sahara.
Dengan menaiki mobil 4×4, saya memulai perjalanan menuju bagian gurun yang lebih terpencil, jauh dari hiruk-pikuk kota.
Saat memasuki gurun, lanskap berubah drastis.
Tidak ada bangunan, tidak ada suara kendaraan hanya pasir yang membentang luas sejauh mata memandang.
Mobil melaju di atas bukit pasir yang tinggi, membuat adrenalin saya meningkat setiap kali melewati turunan curam.
Setelah beberapa jam berkendara, kami tiba di sebuah perkemahan Badui.
Suku Badui adalah penduduk asli gurun yang hidup secara nomaden, berpindah dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan ketersediaan air dan makanan.
Saya disambut dengan teh mint hangat dan hidangan khas gurun, seperti roti pipih dan daging panggang yang dimasak di atas bara api.
Malam itu, saya duduk di atas hamparan pasir, menatap langit penuh bintang. Di tengah keheningan gurun, saya merasa begitu kecil di hadapan luasnya alam semesta.
Tidak ada lampu kota, tidak ada kebisingan hanya angin yang berbisik lembut dan cerita-cerita kuno yang diceritakan oleh pemandu kami.
Menyusuri Bazar Khan el-Khalili
Kembali ke Kairo, saya mengunjungi Bazar Khan el Khalili, pasar tradisional yang telah berdiri sejak abad ke-14.
Lorong-lorongnya sempit, dipenuhi toko-toko yang menjual perhiasan perak, kain berwarna-warni, rempah-rempah, dan barang antik.
Saya berhenti di sebuah kedai kecil untuk mencicipi koshari, makanan khas Mesir yang terdiri dari nasi, makaroni, lentil, saus tomat, dan bawang goreng.
Rasanya unik dan menggugah selera, perpaduan antara gurih, pedas, dan sedikit manis.
Di sudut lain, saya menemukan seorang pengrajin yang sedang membuat lampu kaca berwarna-warni.
Saya membeli satu sebagai kenang-kenangan, berharap suatu hari nanti saya bisa kembali ke tempat ini.
Mengakhiri Perjalanan dengan Kenangan Indah
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Dalam beberapa hari, saya telah melihat keagungan Piramida Giza, menjelajahi Gurun Sahara, menikmati makanan khas Mesir, dan merasakan kehidupan di pasar tradisional Kairo.
Saat pesawat Qatar Airways lepas landas meninggalkan Kairo, saya menatap keluar jendela, mengingat kembali setiap momen perjalanan ini.
Mesir adalah tempat di mana sejarah dan keajaiban bertemu, menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berani bermimpi dan menjelajah.
Dunia ini penuh dengan tempat-tempat luar biasa yang menunggu untuk dijelajahi.
Hari ini, saya telah menggapai angan di tanah para Firaun dan saya tahu, petualangan berikutnya telah menanti.