JAKARTA, JABAR.RAGAMUTAMA.COM – Swiss menargetkan wisatawan muslim dari Asia, khususnya Indonesia, yang dinilai memiliki potensi besar pada segmen wisata mewah.
“Kami menyambut wisatawan dari mana saja, apa pun kepercayaannya. Saat ini, kami telah memiliki dua proyek untuk menarik minat turis muslim ke Swiss,” kata Director for Southeast Asia of Switzerland Tourism, Batiste Pilet dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (17/3/2025).
- 3 Tips Liburan ke Swiss Lebih Hemat, Pakai Swiss Travel Pass
- 3 Kegiatan Favorit Turis Indonesia di Swiss, Termasuk Seberangi Jembatan Gantung
Dua proyek utama Swiss untuk wisatawan muslim adalah kerja sama dengan jenama syal di Indonesia, Buttonscarves, bertema Swiss.
Selanjutnya, kerja sama dengan media di Singapura dengan menerbitkan panduan wisata ramah muslim, termasuk restoran dan hotel.
“Sedikitnya, kami mempunyai opsi 25 restoran halal di Swiss yang bisa dilihat di situs resmi Swiss dengan filter ‘halal’,” ujar Batiste.
Daftar restoran halal di Swiss terdiri dari Delhi House, Sahar Restaurant, Tajmahal, Zaatar, dan Tassnim Orient.
Kebanyakan restoran halal di Swiss berlokasi di kota besar, seperti Zurich, Lucerne, dan Geneva.
Batiste menuturkan, bila kesulitan menemukan restoran halal, wisatawan muslim bisa memilih opsi restoran Timur Tengah atau hidangan vegan.
“Sebagian besar penduduk Muslim di Swiss tinggal di kota-kota besar. Di sana, turis bisa menemukan sejumlah masjid dan pusat Islam (Islamic Center),” tambah dia.
Menurutnya, wisatawan Muslim bisa datang dalam kelompok tur untuk memudahkan pemilihan hotel yang dilengkapi fasilitas ruang salat.
Pertumbuhan turis Indonesia di Swiss
Swiss mencatat pertumbuhan kunjungan wisatawan nasional asal Indonesia ke Swiss yang meningkat bila dibandingkan tahun 2019, kala pandemi Covid-19 berlangsung.
Kunjungan Indonesia ke Swiss berada di peringkat empat se-Asia Tenggara dengan jumlah 113.442 kunjungan pada 2024. Naik 12 persen dibandingkan pada 2019.
Namun, bila dibandingkan dengan tahun 2023, angka kunjungan wisatawan Indonesia ke Swiss pada tahun 2023 turun sembilan persen.
“Sebagian turis Indonesia di Swiss berasal dari Jawa dan Jakarta. Rata-rata mereka berusia 38 tahun. Lebih dari 50 persen di antaranya adalah perempuan,” tutur Chief Markets Officer (East)
Member of the Executive Board Switzerland Tourism, Simon Bosshart.
- Kursi Kelas Satu Jadi Beban, Maskapai di Swiss Ini sampai Modifikasi Pesawat
- Kapan Waktu Terbaik Liburan ke Swiss?
Kebanyakan turis Indonesia sudah merencanakan wisata ke Swiss sejak jauh-jauh hari sebelum keberangkatan.
Hampir 60 persen wisatawan nasional Indonesia di Swiss merupakan wisatawan yang aktif bertualang di Eropa, serta lebih dari 40 persen merupakan wisatawan yang melakukan kunjungan berulang.
Pemandangan dan wisata alam, serta transportasi umum yang memadai di Swiss, menjadi daya tarik terbesar bagi turis Indonesia.
“Tentu saja, pertumbuhan kunjungan wisata sangat penting. Namun bagi kami, jika berbicara tentang Asia, kami tidak hanya menginginkan semakin banyak tamu, kami ingin memiliki tamu yang sangat bahagia,” jelas Simon.
“Tamu yang bahagia adalah tamu yang akan kembali dan mereka menyimpan kenangan seumur hidup, menceritakannya kepada orang lain. Ini yang menjadi fokus kami,” pungkasnya.