JABAR.RAGAMUTAMA.COM – Sikap pro dan kontra bermunculan menyikapi rumor AC Milan hendak merekrut Cesc Fabregas sebagai pelatih baru musim depan.
Nama eks kapten Arsenal itu mencuat dalam bursa calon pelatih anyar Rossoneri mulai periode 2025-2026.
AC Milan dilaporkan sudah menyediakan kursi bagi arsitek baru.
Kebersamaan mereka dengan Sergio Conceicao hanya berlangsung sampai akhir musim ini.
Conceicao akan dicopot walaupun masih berpeluang mendatangkan gelar Coppa Italia guna melengkapi trofi Supercoppa 2025.
Spekulasi panas bergulir mengenai siapa suksesornya mulai Juni nanti.
Kandidat top dengan jam terbang tinggi macam Massimiliano Allegri, Stefano Pioli, Roberto Mancini, atau Maurizio Sarri masuk daftar.
Pun pelatih lokal dengan prospek cerah seperti Roberto De Zerbi.
Satu kandidat menarik lain ialah Cesc Fabregas, sosok pelatih rookie di Serie A.
Pria 37 tahun asal Spanyol ini baru meretas karier bersama klub milik Keluarga Hartono via Djarum Group, Como 1907.
Ia meroket dari posisi caretaker, asisten, hingga naik jabatan sebagai pelatih tim utama Como setelah naik ke kasta teratas Liga Italia musim ini.
Kendati hanya debutan, Fabregas mampu membuat tim sekelas I Lariani bersaing di papan tengah klasemen hingga pekan ke-13.
Eks gelandang jempolan timnas Spanyol itu mampu meracik skuad muda penuh potensi menjadi senjata berbahaya.
Dibalut filosofi permainan atraktif – juga sokongan dana maksimal, mereka berhasil mengalahkan rival mapan semodel Atalanta, Roma, Fiorentina, dan kandidat scudetto musim ini, Napoli.
Bakat besar Fabregas ikut dipantau AC Milan.
Corriere dello Sport sampai membandingkan peluang kedatangannya dengan kisah indah Milan saat merekrut Arrigo Sacchi pada 1987 silam.
Kala itu Milan yang masih dipimpin Presiden Silvio Berlusconi mencomot Sacchi dari klub peringkat 7 Serie B, Parma.
Berlusconi kepincut setelah menyaksikan Milan tak berdaya dikalahkan Parma asuhan Sacchi di sepasang laga Coppa Italia.
“Kalau dia bisa sebaik itu dengan tim kecil, bayangkan jika dia melakukannya untuk Milan saya,” ujar Berlusconi dalam komentar legendarisnya puluhan tahun silam.
Naluri tajam Berlusconi ampuh. Perjudian terbayar lunas ketika Sacchi langsung berjaya pada musim debut bersama AC Milan.
Sosok legendaris yang juga pernah menukangi timnas Italia dan Atletico Madrid itu berhasil memberi titel juara Serie A 1987-1988.
Sentuhan emas Sacchi diikuti rentetan tujuh trofi, dengan sorotan utamanya dua gelar Piala Champions.
Contoh ajaib Sacchi menghidupkan kembali premis bahwa pelatih hijau dari klub kecil ternyata bisa juga langsung sukses bersama tim raksasa.
Cara ini mungkin diharapkan kembali ampuh sebagai alasan Milan merekrut Fabregas.
Dia diyakini bakal menghadirkan identitas permainan yang jelas, sesuatu yang tidak dimiliki skuad Milan beberapa tahun ke belakang.
Akan tetapi, resistensi bisa jadi muncul dari kelompok fan yang menuntut AC Milan dipimpin pelatih sarat pengalaman yang menjanjikan kesuksesan instan.
Pendukung kategori ini sudah jemu menanti proses yang harus dijalani agar Rossoneri bangkit ke jalur penantang gelar di Serie A maupun Eropa.
Gampang mencari contoh berlawanan dari Sacchi.
Keputusan Juventus memecat Thiago Motta membuktikan tanggung jawab melatih klub besar Serie A terlalu berat bagi seorang pelatih muda tanpa modal kecakapan dan mentalitas yang memadai.
“Fabregas bisa saja menarik bagi Milan,” kata jurnalis dan komentator senior Italia, Carlo Pellegati.
“Pria Spanyol ini harus membebaskan dirinya dan memahami bahwa ia merasa siap untuk menghindari kesalahan Motta.”
“Pergi ke Milan, Inter, atau Juve seperti olahraga yang berbeda,” ujar pria 74 tahun, dikutip BolaSport.com dari Tuttomercatoweb.